BAHASA INDONESIA 2
TULISAN ILMIAH
KEBUDAYAAN INDONESIA
oleh :
Ines Nabila
23211630
3EB02
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA
2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga
kami dapat menyusun tulisan ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam tulisan ilmiah ini kami membahas mengenai kebudayaan Indonesia.
Tulisan ilmiah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan tulisan ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan tulisan ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada tulisan ilmiah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tulisan
ilmiah selanjutnya.
Akhir kata semoga tulisan ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Depok, 13 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi
…………………………………………………………………………………………………………………………. 3
Bab I – Pendahuluan
I.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………… 4
I.2 Ruang Lingkup……….
………………………………………………………………………………………….. 5
I.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………….. 5
I.4 Konsep……………………………………………………………………………………………………………….
6
Bab II – Permasalahan
…………………………………………………………………………………………………….. 7
Bab III – Pembahasan
III.1 Perkembangan Kebudayaan Indonesia……………………………………………………………….. 8
III.2 Kondisi Kebudayaan Indonesia di Era
Globalisasi………………………………………………… 11
Bab IV – Penutup
IV.1 Kesimpulan
………………………………………………………………………………………………………… 16
IV.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………….. 16
Daftar Pustaka
………………………………………………………………………………………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan secara entimologi
berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula
diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana jugabudaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,
dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat
banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang
kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia
berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari
genggaman kita.
Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya
indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia
sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu,
hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri,
tetapi belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa
sosialisasi budaya bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan
apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap
budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat
asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat
kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.
Hal ini yang menyebabkan kebudayaan bangsa Indonesia
banyak yang diambil oleh pihak lain, berikut merupakan data beberapa budaya
Indonesia yang diklaim oleh pihak lain: batik dari Jawa oleh Adidas, Naskah
kuno dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sumatera barat oleh
pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi selatan oleh pemerintah
Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara oleh pemerintah Malaysia, rendang
dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia, Sambal bajak dari Jawa tengah oleh
oknum WN Belanda, Sambal petai dari Riau oleh oknum WN Belanda, tempe dari Jawa
oleh beberapa perusahaan asing, lagu rasa sayange dari Maluku oleh pemerintah
Malaysia, Tari reog ponorogo dari Jawa Timur oleh pemerintah Malaysia, Lagu
soleram dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Lagu injit-injit semut dari Jambi
oleh pemerintah Malaysia, Alat musik gamelan dari Jawa oleh pemerintah
Malaysia, Tari kuda lumping dari Jawa Timur oleh pemerintah Malaysia, tari
piring dari Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia, Lagu kakak tua dari Maluku
oleh pemerintah Malaysia, Lagu anak kambing saya dari Nusa Tenggara oleh
pemerintah Malaysia, Kursi taman dengan ornamen ukir khas Jepara Jawa Tengah
oleh oknum WN Perancis, Pigura dengan ornamen ukir khas Jepara dari jawa Tengan
oleh oknum WN Inggris, Motif batik perang dari Yogyakarta oleh pemerintah
Malaysia, Desain kerajinan perak desak Suwarti dari Bali oleh oknum WN Amerika,
Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli Indonesia oleh Shiseido Co.
Ltd, Badik tumbuk lada oleh pemerintah Malaysia, kopi gayo dari Aceh oleh
perusahaan multinasional (MNC) Belanda, kopi toraja dari Sulawesi Selatan oleh
perusahaan Jepang, Musik indang sungai garinggiang dari Sumatera Barat oleh
Malaysia, Kain ulos oleh Malaysia, alat musik angklung oleh pemerintah
Malaysia, Lagu jali-jali oleh pemerintah Malaysia, dan tari pendet dari Bali
oleh pemerintah Malaysia.
Melihat data yang ada diatas kita seharusnya merasa miris
melihatnya, karena begitu banyak budaya kita yang diklaim oleh pihak lain.
Masyarakat Indonesia sendiri kurang memperhatikan bagian dari budaya Indonesia.
dan diharapkan untuk masyarakat Indonesia lebih memperhatikan bagian dari
peninggalan budaya Indonesia. dan sekarang akan diupayakan oleh pemerintah agar
mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap hal tersebut, dan lebih
mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan budaya Indonesia.
I.2 Ruang Lingkup
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa masalah
mengenai bagaimana perkembangan budaya Indonesia dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia Indonesia kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan
bangsa Indonesia ini.
I.3 Tujuan
1.
Mendeskripsikan
perkembangan kebudayaan di Indonesia.
2.
Mendeskripsikan pengaruh
perkembangan kebudayaan Indonesia dengan kehidupan manusia Indonesia.
3.
Membahas mengenai kondisi
kebudayaan Indonesia.
I.4 Konsep
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan
kebudayaan di Indonesia melingkupi seluruh pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia Indonesia serta kondisi kebudayaan di Indonesia saat ini. Dalam
pembahasan makalah ini akan disampaikan secara sistematik dari mulai kebudayaan
Indonesia masa lampau sampai era globalisasi.
BAB II
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
Dinamika sosial
dan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia demikian pula
tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun luas permasalahan dan
tingkat permasalahan itu berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun
perkembangannya dewasa ini bisa dikatakan lebih tertinggal apabila dibandingkan
dengan perkembangan di negera maju lainnya. Bagaimanapun masalah yang dihadapi,
masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah
mengalami kondisi kehilangan kebudayaan sebagai perwujudan tanggapan aktif
masyarakat terhadap tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam
arti luas maupun pergantian generasi.
Ada sejumlah
kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat
Indonesia. Secara umum ada dua kekuatan yang menyebabkan timbulnya perubahan
sosial, hal yang pertama adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri
(internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan
rekayasa setempat. Hal kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external
factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara
langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup
yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat
yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Seberapa cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang
melanda, dan faktor apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan
menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang
bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat mengancam
kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam
masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
III. 1 Perkembangan Kebudayaan Indonesia
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada
dibayangan kita adalah sebuah budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana
tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang
menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi
tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu
masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya
dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar
dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan
maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia).
Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai
kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya,
disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena
lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan
keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai
Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman
itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena
jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa
dan Negara.
Proses
perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. penetrasi
kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
a. Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai merupakan proses masuknya sebuah
kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan
Islam ke Indonesia. Contoh lainnyaseperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India
dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk melalui proses yang damai yaitu
melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara yang jauh sebelum
Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha
sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan
Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang
Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama
perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap
di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan
kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang
kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia
semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak
mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.
Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur
asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,
atauSintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya,
bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli
Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat
berbeda dengan kebudayaan asli.
b. Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan
merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan
yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara
lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya
warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia.
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita
klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan
Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat
cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan
yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya
seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat
dimensi-dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua
dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah
seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan
hasil cipta lainnya.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa perkembangan
kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan modern dimulai sejak bangsa Indonesia
merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam
pengaruh dan tekanan bangsa lain dengan budayanya. Dari sini bangsa Indonesia
mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna sehingga mulailah
berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia ini ada
beberapa faktor yang mempengaruhi berkembangnya sebuah kebudayaan diantaranya
adalah faktor pengaruh budaya dari luar, apabila budaya asli ini tidak dapat
mempertahankan eksistensinya maka budaya asli yang ada akan tergusur dan
tergantikan dengan budaya asing yang baru tersebut. Pada saat ini kita semua
dapat melihat bahwa bangsa Indonesia dalam situasi yang mengkhawatirkan, karena
banyak sekali budaya asing yang masuk dan tidak tersaring sehingga mempengaruhi
kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bahasa
Dapat kita
ketahui bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang teguhdalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan
kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa merupakan salah satu unsur
budaya yang terbentuk karena adanya komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris,
mandarin, dan lan sebagainya) belum terlihatbegitu dinminati dalam
penggunaan sehari-hari, hanya
mungkin pada acara saat seminar,
atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa Inggris
sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau penceramah
mengerti akan bahasa Inggris.
2.
Sistem Teknologi
Tidak bisa kita
pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu factor yang
mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang
sangat terlihatadalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada
lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara
dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain
dalam bidang informatika. Sehingga,
budaya-budaya luar mampu menyusup kedalam budaya asli Indonesia itu sendiri.
3.
Sistem mata pencarian
hidup masyarakat
atau ekonomi masyarakat.
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam
situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada
era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan
fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang
menopang perekonomian Indonesia.
4.
Organisasi Sosial.
Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama
(FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan
Ras.
5.
Sistem Pengetahuan.
Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
diharapkan perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan
dengan era globalisasi.
6.
Kesenian.
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni
akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita
saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan.
Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati
setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat
sudah tergeser dengan model Overa Van Java, Pesbuker, dan lain-lain. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun akibat perkembangan budaya
yang sangat pesat menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang mulai melupakan
kesenian asli bangsa Indonesia dan akhirnya banyak kesenian Indonesia yang
diakui oleh pihak lain.
7. Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya.
Hal ini mungkin
dapat dipahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru
serta ketidakmampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan
budaya dasar kita.
II.2 Kondisi Kebudayaan Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari “global” dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, berarti secara keseluruhun. Globalisasi
berarti suatu proses yang
mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak nampak lagi
adanya batas-batas yang mengikat secara nyata.
Berbicara globalisasi dalam kebudayaan, yang terlintas adalah seberapa
cepat globalisasi itu dapat berkembang dimana hal ini yang tentunya dipengaruhi
oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan
informasi dalam segala aspek kehidupan. Namun, hal ini justru malah akan
menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling membahayakan
atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi
internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang
seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisasi dalam
berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian
kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia
secara menyeluruh. Simon Kimoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa
globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan
nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini,setiap bangsa akan berusaha
menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat
melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran.
Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai
negara yang kaya akan budayanya, dengan memiliki keragaman yang cukup
bervariasi, dapat digunakan sebagai penambah indahnya khasanah sebuah negara.
Namun, Indonesia harus tetap mampu mempertahankan eksistensi kebudayaannya.
Apabila diulang kembali berbagai peristiwa yang terjadi, banyak kebudayaan
Indonesia yang telah dirampas oleh negara-negara lain. Hal ini dapat membuktikan
dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum yang kuat yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia tentang kebudayaannya. Sehingga akan menyebabkan kemudahan
bagi bangsa lain untuk mengambil dan mengakuinya.
Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada
masa sekarang ini telah cepatnya merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian
merosot. Sehingga menimbulkan berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya
akan melahirkan sebuah kebingungan di tengah-tengah berbagai perubahan yang
berlangsung begitu rumitnya dan membuat pusing bagi masyarakatnya sendiri.
Dan yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian dan
bahasa Nusantara yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan
terancam mati. Sejumlah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang
sendiri telah hilang entah kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki
nilai tinggi dalam membantu keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang.
Sungguh ironis memang apabila ditelah lebih jauh lagi.
Akan tetapi, kita tidak hanya mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara
yang baik, mesti mampu menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu
nantinya, agar kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun akan tetap
ada dan senantiasa menjadi salah satu harta berharga milik bangsa Indonesia
yang tidak akan pernah punah.
Globalisasi juga memberikan dampak bagi kebudayaan
Indonesia, Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T
(Transportasi,
Telekomunikasi,
dan
Teknologi)
mengakibatkan
berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri.
Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti
dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Bahkan bila kita tinjau Tapanuli
(Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih
banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik
batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana
selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Namun saat ini,
ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut
semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan
Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut,bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang
menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat
menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah
lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak,
Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai
rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda menggunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan ke dalam sinetron-sinetron Indonesia.
Derasnya arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet turut
serta menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat
(dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan baik. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
Perkembangan keubudayaan Indonesia yang dari masa kerajaan sampai era
globalisasi ini memberikan beberapa dampak bagi masyarakat. Kebudayaan
Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh
masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman
bertingkah laku dan menghasilkan produk-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya
persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga
mengalami perubahan-perubahan, baik karena faktor internal maupun eksternal.
Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat,
antara lain:
·
Pengaruh Positif
1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani
dalam skala global.
4. Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna
mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
5. Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
6. Bukan penyebab krisis ekonomi.
·
Pengaruh Negatif
1. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat
yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan
pakaian yang bermerk (merk terkenal).
2. Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif.
Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral
dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi
sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk
dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
3. Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya
memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang
saling menghancurkan.
4. Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan
pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis
sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.
5. Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat,
serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
6. Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis
dan fundamentalis.. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit
pemenang dan banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun
negara. Negara-negara yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi
kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur
bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
7. Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing
yang berada di wilayah Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas maka
kesimpulan yang dapat dipaparkan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
Pertama, rakyat
Indonesia yang pluralistik merupakan kenyataan, yang harus dilihat sebagai aset
nasional, bukan resiko atau beban. Rakyat adalah potensi nasional harus
diberdayakan, ditingkatkan potensi dan produktivitas fisikal, mental
dan kulturalnya.
Kedua, tanah air Indonesia
sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari
Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya semangat kebhinekaan.
Adalah kewajiban politik dan intelektual kita untuk mentransformasikan
“kebhinekaan” menjadi “ketunggalikaan” dalam identitas dan kesadaran nasional.
Ketiga, diperlukan penumbuhan
pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme, kerjasama sinergis saling
menghargai dan memiliki (shared interest) dan menghindarkan pola pikir
persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme, namun sebaliknya, perlu
secara bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing dalam tujuan peningkatan
kualitas sosial-kultural sebagai bangsa.
Keempat, membangun kebudayaan
nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan
untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?”
yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi
bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar
Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan
mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga
mampu menjaga perdamaian dunia”.
Kelima, yang kita hadapi saat ini
adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya upaya “membentuk”
secara tegas identitas nasional dan kesadaran nasional, maka bangsa ini akan
menghadapi kehancuran
IV.2 Saran
Kebudayaan bangsa
Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan
suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya
itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan
zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya
itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Kusumohamodjojo. 2000. Kebhinekaan
Masyarakat Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Burhanudin Salam. 1997. Etika Sosial: Asas
Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Harimanto,
Winarno.2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Syukur, Abdul et al. 2005. Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru
0 komentar:
Posting Komentar